Judul : Bumi Manusia
Pengarang : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Tahun Terbit : 2005 (Bahasa Indonesia)
Jumlah halaman : 535 hal.
Reviewer : Lidya Rosiana (Pustakawan Perpustakaan Universitas Dinamika)
Roman bagian pertama Tetralogi Buruh ; Bumi Manusia, sebagai periode penyemaian dan kegelisahan dimana Minke sebagai aktor sekaligus kreator adalah manusia berdarah priyayi yang semampu mungkin keluar dari kepompong kejawaannya menuju manusia yang bebas dan merdeka, di sudut lain membelah jiwa ke-Eropa-an yang menjadi simbol dan kiblat dari ketinggian pengetahuan dan peradaban. Buku yang berlatar awal abad ke-19 dan abad ke-20 ini menceritakan seorang pemuda Jawa keturunan ningrat bernama Minke.
Minke bukanlah nama yang sebenarnya tapi berasal dari kata monkey (monyet) yang digunakan untuk panggilan si tokoh utama yang diberikan oleh gurunya. Tokoh Minke merupakan anak seorang bupati yang bersekolah di Hogere Burger School (H.B.S) Surabaya. Konon Surabaya memiliki anggapan bahwa kegiatan menulis menjadi suatu hal yang penting.
Minke dikenal sebagai putra pribumi yang cerdas dan pandai menulis, yang kemudian karyanya dipublikasikan di koran. Bumi Manusia menggambarkan karakter Minke sebagai pemuda yang revolusioner kerap menantang ketidakadilan terhadap bangsanya. Bumi Manusia juga menjadi roman pertama yang akan difilmkan di layar lebar Indonesia yang disutradarai Hanung Bramantyo.
Pram dalam tetralogi pertamanya, menggambarkan betapa terpuruknya kondisi pribumi dalam hegemoni kolonial. Penindasan semena-mena, pergundikan, dan munculnya strata sosial menempatkan pribumi di kelas paling rendah. Kondisi seperti itu membuat Minke melakukan perlawanan dengan membuat tulisan-tulisan di surat kabar.
Pertemuan Minke dengan sang mertua, Nyai Ontosoroh, juga menjadi katalisator jiwa perlawanan yang dimiliki Minke. Sejak awal, Nyai menanamkan kesadaran bahwa keadilan harus ditegakkan.
Nyai Ontosoroh merupakan seorang nyai simpanan Herman Mellema. Robert Mellema dan Annelies Mellema adalah dua anak hasil perkawinannya yang tidak pernah dianggap sah di mata hukum pengadilan kolonial Belanda.
Pada akhirnya, Minke dinikahkan dengan Annelies. Keduanya harus menjalani kisah pahit karena hukum memisahkan hubungan mereka. Annelies pergi ke rumah istri sah Herman Mellema yang digunakan sebagai tempat pengasingan. Sampai akhirnya, Annelies jatuh sakit karena jauh dari suaminya, sedangkan Minke dan keluarga Boerderij Buitenzorg mencari cara untuk menjawab masalah yang ada.
“Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan”
- Pramoedya Ananta Toer -
Comments
Post a Comment